Menurut cerita yang beredar, Tahu Campur Lamongan tercipta secara tidak sengaja. Pada awalnya seorang pedagang soto pulang ke rumahnya dan mendapati beberapa bahan sisa berjualan soto seperti taoge, tahu, kubis, kuah soto.
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgAg2PlnN63fJQvIVpZD8S4xNO9L953d2afKK_XQrOG8jTPocQuIqZv_-TzaImf44Fm2cw-NfvGvdkeJXBf8bEgJhtP4gR1sMNZ3SFeuZrASujb0P_bywX3FJ8s2OadY97mD8AtpVtj6Gnb/s320/tahu-campur.jpg)
Untuk kuah terasa nikmat karena terdiri dari beberapa bumbu bumbu yang dihaluskan yaitu bawang merah, bawang putih, jahe, kunyit, laos, ketumbar, garam dan merica. Pertama daging direbus hingga empuk, lalu dimasukkan bumbu bumbu yang telah dihaluskan. Kuah tahu campur diberi irisan daun bawang.
Hal lain yang membuat Tahu Campur
Lamongan ini unik ialah perkedel singkong. Perkedel singkong terbuat dari
singkong yang diparut kemudian dicampur dengan bumbu bumbu seperti bawang
merah, bawang putih, ketumbar, daun jeruk, jinten, laos dan garam yang
dihaluskan. Setelah itu dibuat bulat pipih lalu digoreng. Perkedel singkonglah
yang menjadi sumber karbohidrat sehingga Tahu Campur Lamongan dapat dimakan
tanpa nasi atau lontong.
Sebenarnya kunci kenikmatan Tahu
Campur Lamongan terletak pada perpaduan kuah dengan petisnya. Petis udang yang
digunakan telah diolah terlebih dulu, dengan menambahkan bawang putih. Biasanya
pedagang Tahu Campur Lamongan tidak pernah mengganti petisnya. Ketika mereka
menemukan petis yang cocok dan enak, maka mereka akan terus menggunakannya.
Harga Tahu Campur Lamongan
terbilang tidak mahal. Penjual keliling Tahu Campur Lamongan memasang harga
sekitar Rp 7.000 - Rp 10.000 per porsi. Untuk Tahu Campur Lamongan yang dijual
di Pujasera dan depot harganya sekitar Rp 10.000 – Rp 20.000 per porsi. Masih
banyak makanan tradisional disekitar kita yang perlu dilestarikan karena
makanan tradisional merupakan bagian dari warisan budaya bangsa. Tidak ada
salahnya kita lebih mengenal budaya bangsa sendiri.
0 komentar:
Posting Komentar